.
Ada kurma-anggur-zaitun,
di setiap rintik hujan
adakah kita, patut memaki hujan ?
tatkala memenuhi segala ingin
bukankah itu sebuah tanda terjalin ?
atas pinta yang pasti terkabulkan !
-----
kfp 17 lirpa
.
CINTA KANDA
Ada kurma-anggur-zaitun,
di setiap rintik hujan
adakah kita, patut memaki hujan ?
tatkala memenuhi segala ingin
bukankah itu sebuah tanda terjalin ?
atas pinta yang pasti terkabulkan !
-----
kfp 17 lirpa
.
CINTA KANDA
Malam belum mengantarku pulang. Aku pergi, membawa sebongkah keangkuhan yang menangis. Ada ingatan ingin kukembalikan ke masanya. Masa di mana aku keluar sejak pagi. Kupakai mentari temukan jalan. Saat fajar nampak di pelupuk, aku telah kembali. Membawa hati yang kini kosong.
Kanda, sumur telah lama kering. Aku datang mengisi berliter-liter curahan kasih dari sayang yang selalu bening. Pandang aku. Tak lagi bermain-main di bawah pancuran mata. Akan kuajak para penimba air, di sini, ada perigi yang membuat kemarau tak lagi dikenali musim.
Kanda, usah kau hiraukan debu yang menempel di pipi. Sebentar lagi angin akan meniupnya. Membawanya pada selembar daun. Ikuti saja angin ke mana menuju. Arahkan pandangan. Di selembar daun sebuah amanah tertulis di sana. Bacalah, tanpa kau petik.
Kanda, kau pastinya paham. Saat buah tanggal dari dahan, tak lagi bisa kembali. Namun usah disesali, selama pohon masih berakar dan ranting masih berdaun. Buah tak pernah hilang musim.
Kanda, tetaplah di sana. Biarkan kita saling bertatap. Di matamu, tempat pohon menyimpan buah. Kelak kau harus mengeluarkannya. Saat kau yakin, sudah saatnya dikuliti lalu dikunyah. Tanpa ikut mencicipi.
Kanda, kucinta padamu. Dan biarkan kita terus saling mencintai. Dalam kecintaan yang dibuat terpisah.
Kanda, usah kau hiraukan debu yang menempel di pipi. Sebentar lagi angin akan meniupnya. Membawanya pada selembar daun. Ikuti saja angin ke mana menuju. Arahkan pandangan. Di selembar daun sebuah amanah tertulis di sana. Bacalah, tanpa kau petik.
Kanda, kau pastinya paham. Saat buah tanggal dari dahan, tak lagi bisa kembali. Namun usah disesali, selama pohon masih berakar dan ranting masih berdaun. Buah tak pernah hilang musim.
Kanda, tetaplah di sana. Biarkan kita saling bertatap. Di matamu, tempat pohon menyimpan buah. Kelak kau harus mengeluarkannya. Saat kau yakin, sudah saatnya dikuliti lalu dikunyah. Tanpa ikut mencicipi.
Kanda, kucinta padamu. Dan biarkan kita terus saling mencintai. Dalam kecintaan yang dibuat terpisah.
-----
Kfp 23 irarubef
.
Kfp 23 irarubef
.
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar semau kalian