Ia bebas, sebab tak ada apapun dapat menghalau. Setiap hembusan adalah kebebasan, dan itulah dia. Boleh mencolek apa saja tanpa suatu penolakan.
Namun tidak bagi kita, terlebih jika kita tersimpul suatu ikatan. Ada erat yang mesti terjaga di sana. Agar simpul tak kendor oleh paham yang kerap salah di artikan.
Dan tidaklah pertemukan sebuah pengertian, atau penolakan dari ingin dimengerti. Sebab angin sama sekali tak melihat apapun. Cukup baginya berhembus dengan bebas.
Aku tak suka melihat ulat memakan dedaunan. Atau benalu pada pepohonan. Sebab itu sumber kerusakan.
Untuk itulah, seorang petani, jika tekun, akan merawat tanaman dengan sangat hati hati dan penuh perasaan. Bahkan tiba saat daun mengering dan jatuh, dibersihkan lalu di letakkan di tempat seharusnya, agar tidaklah berceceran
Aku ingin jadi sebuah pohon, dan dirawat oleh petani tekun. Hingga ranting tidaklah merasa kesakitan, manakala daun dipetik.
Aku inginkan ketekunan dari seorang petani, yang tahu benar letak dan menjaga kekuatan akar. Agar pohon tidaklah diroboh oleh kurangnya asupan. Karena kasih bukannya kurang, melainkan luputnya pengertian-perhatian, dari sang petani.
Apakah seorang petani perlu diberikan doktorin, agar kesadaran tak kerap pergi? jika demikian, kenapa berani menanam. Sedang pagi dan sore bukanlah waktu menyiram tanaman.
Aku tak mau, jadi pohon layu di musim semi. Tapi bagaimana terlihat rindang di tengah kemarau. Sebab pohon, jika terpelihara dengan baik: akan mendatangkan berhelai-helai keberuntungan. Belum lagi saat buah mulai ranum, bayangkan saat panen. Bahkan di tengah kemarau, tiadalah mengenal kekeringan. Dan gugur tak pernah hadirkan musimnya.
Ada kamu, seorang petani, mampu mengusir setiap musim, yang kehadirannya tak diinginkan. Ada kamu, yang tidak meniru-niru angin. Sebab pohon selalu ingin, menarik perhatian petaninya.
-----
- Juni, 02 2013 -
Kiky RW
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar semau kalian