1/ Dikarunia dua orang anak, Siska setelah pernikahannya memasuki tahun ketiga duduk merenung di pinggir hati andai dulu tak diterobosnya hari memaksa orangtua memberi restu ia dan Steven, mungkin takkan bersatu jika mengingat bagaimana dulu mereka bersembunyi dari pandangan saudara agar tiada pengejaran tatkala terlihat sedang petang belumlah menjemput itulah masa mereka memadu kasih bak maling mencuri waktu, mengukir kisah dialah sang pemberani, walau ditentang tiada baginya sebuah penghalang.
2/ Terlihat mendung di wajah ibunya malang nian dirasa mempunyai anak walau beribu petuah telah ditanak untuk dihidangkan ke buah hatinya tak sepiring pun terlihat dimakan sedang selalu tersaji dalam nampan ketika hendak diberikan kepada Siska menu tak bisa dikunyah, alasan selalu ada hingga jelang pernikahan ibunya berpesan dengarkan: ayahmu telah kehilangan ! anak yang dibesarkannya sudah dewasa hingga tak lagi mengganggap orangtuanya, ada janganlah kelak engkau kembali kepadanya jika perjalananmu menemukan kendala sebab orangtua bukanlah pertolongan ketika engkau sudah melanggar aturan
.
3/ Bak tersambar petir, ketika didapatinya Steven sedang pulas di samping wanita, tak berbusana setelah teman-temannya menyampaikan warta ia pun menerobos ke pintu yang diberitahukan bahwa di sanalah suaminya kerap datang memenuhi kerinduan sang dara jalang yang dikiranya sedang banyak perkerjaan alasan yang selama ini Steven utarakan dan suaminya melakukan itu sudah empat tahun setelah sempat Steven memberi pengakuan setibanya di rumah, sesaat sehabis digrebek tanpa terhias penyesalan di wajah sedikit pun Steven lalu menuju ke pembaringan, sesak itulah yang dirasakan Siska saat ini, remuk ! bagaimana jika kelakuan suaminya tercium walau disembunyikan di tempat paling dalam "ayah, ibu, maafkan anakmu" hatinya bergumam.
4/ Terlintas kejadian empat hari lalu saat mendapati suaminya meniduri wanita bukan ingatan yang bisa dibuat berlalu sebuah lemparan hampir mengenai matanya ketika wanita itu terbangun tanpa malu menghardik Siska karena tidurnya terganggu "oh, Tuhan.." Sudah bersalah namun memaki haruskah aku membunuhnya saat ini ? nyaris, ia terbawa bisikan setan kalau saja tak dikejutkan sebuah panggilan; "mama..." anaknya menghampiri sambil bertanya "kenapa menangis, mama ?" dipeluknya sang buah hati erat-erat andai dulu engkau tak terlanjur mengisi rahimku mungkin mama tetap berada dalam jerat, karena kakek-nenekmu tak pernah beri restu, begitulah Siska membuat hatinya bergumam tatkala kini mulai terasa hadir sesal mendalam.
5/ Siska pun meyebut nama Tuhan, memohon ampunkan dirinya atas beberapa kejadian di tujuh tahun lampau, ia begitu keras melawan ayah-ibu dan menerobos mendobrak pintu yang tak boleh terbuka walau Steven telah berpindah agama mengikuti agama yang dianut Siska restu tetap juga tak terberi, karena.. saudara dan orangtua tahu lelaki pilihannya bukanlah orang yang berakhlak terpuji sering didapatinya meminum arak, berapakali entah apa yang membuka hati seorang Siska menjalin hubungan tanpa membuka mata sedang semasa kanak-kanak dikenal sebagai, anak yang penurut dan rajin mengaji.
6/ Keramaian pantai di sebelah utara kota terlihat keramaian yang tak pernah sepi tempat para pasangan atau muda mudi parkir, sekedar melepas lelah sepulang kerja di sanalah Siska dan beberapa orang teman sedang membasahi bibir dengan heineken dan malam-malam seperti itu pun, berlangsung hingga memasuki hitungan tahun ia semakin larut dalam pelarian tak ada tempat tumpahkan kekesalan walau ingin berlari ke dalam pelukan sadar, itu hanya akan membuat ibunya pingsan ia memilih mendiamkan setiap persoalan dan melakukan yang ingin dilakukan resiko, bukanlah hal yang terfikirkan yang terpenting, langkah sebuah keberanian
.
7/ Detak jantung sang ibu berdenyut lebih cepat saat dua orang polisi menjemput Siska sudah seminggu, menginab di rumah orangtua sambil memberitahukan pasal yang menjerat ibunya hanya pasrah terdiam, melihat anaknya telah di bawa ke kantor polisi sambil mereka-reka, entah apa yang terjadi tak lama kemudian handphone berdering ibunya menjawab, "halo..." penting ! begitu yang didengar ibunya di telpon segera sang ibu bergegas memenuhi panggilan setibanya di sana, ia tak mampu berbicara lemas, setelah tahu yang diperbuat anaknya puluhan juta uang milik perusahaan sejumlah itu, apa yang telah dilakukan ? puluhan tanya pulang-pergi hiasi benak tak mampu menahan tusukan onak.
8/ Setiba di rumah, ibu bertanya pada Siska "kau apakan uang milik perusahaan?" "kau punya dua anak butuh biaya" ke mana larinya jalan fikiran ? bertubi-tubi terlontar pertanyaan namun sudah menjadi kebiasaan mengabaikan segala pertanyaan dan menjawab dengan kebohongan sudah lumrah baginya memintal kata jadi sulaman terindah manakala, menutupi segala apa yang dilakukan tak peduli walau itu berbordir dosa ia tak lagi ingat akan sang pencipta yang menjadikannya lewat rahim ibu kini, ibu baginya seperti sang babu yang bisa diteriaki kapan saja tanpa tahu, dari sanalah seorang anak bisa kehilangan surga.
9/ Tok tok tok...terdengar pintu diketuk lalu seorang lelaki bersalam dan masuk ternyata Steven, datang mencari Siska menanyakan perihal perceraian yang tertunda Steven memaksa agar disegerakan ia tak sabar lagi menikahi sang dara yang sudah melahirkan anaknya buah perselingkuhan selama empat tahun terbongkarlah satu rahasia ibu beserta saudaranya kini tahu pias ! wajah sang ibu.. buah hati begitu hebatnya memberi malu sedang tak hanya sekali diberitahu, dulu jika sang suami tak segan berlaku tabu sang ibu benar-benar merasa terhina rentetan aib tersaji dengan sempurna beruntun, disuguhkan oleh sang anak entah, malu apalagi akan diperolehnya, kelak.
10/ Baru saja Siska menghardik ibunya sesaat sebelum keluar rumah dengan berbagai alasan walau dicegah tetap saja ia keluar, tanpa rasa berdosa sedang ayah bekerja di luar kota hanya menitipkan pesan demi pesan untuk menyadarkan Siska lewat ibunya satu lagi yang olehnya benar-benar terlupa ia telah mengabaikan kehadiran anaknya baginya cukup memberi makan dan pakaian asal ia tak kekurangan dan kelaparan tak peduli jika anak butuh belaian; dari sang bunda yang melahirkan seperti belaian yang ia dapatkan; sungguh tak terhingga tanpa ada kekurangan malam telah larut, Siska belum juga pulang hingga anaknya terbangun dan bertanya; "nenek, kenapa bunda belum pulang ?" ibunya hanya menjawab, "hujan deras" sambil memberi alasan lainnya, hingga tertidur kedua cucunya.
11/ Tepat pukul 05 subuh, telpon berdering membuat seisi rumah nyaris copot jantung lalu secepatnya menuju rumah sakit begitu tiba dan memasuki sebuah ruang terlihat tubuh yang berbaring lemah darah mengucur kental dari kuping ia terlihat menangis setelah siuman tigapuluh menit lalu ia tertabrak kendaraan yang melesat dari arah berlawanan, ketika hendak pulang ke rumah selang limabelas menit mertuanya berkunjung sambil menyampaikan sebuah berita Steven telah melangsungkan pernikahan tepat di malam Siska mengalami kecelakaan semua terdiam menatap Siska, menagis kesakitan sakitnya berlipat-lipat, tidak saja pada hati ia terbaring dengan sakit pada raga, kini perlahan Siska berbalik ke arah suara ia melihat ayahnya telah tiba semakin menangis tatkala ayahnya berkata: "anakku, sudah kau dapatkan apa yang kau cari, selama ini" "masihkah ada sisa yang ingin kau dapatkan ?" berikanlah semua "kepada" orangtuamu.
-----
Kiky, 28 Juli 2013.
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar semau kalian