Di setiap waktu kesendirianku, selalu saja terlintas semua ingatan tentangmu.
Ingatan yang tercipta saat kau katakan sebuah kejujuran, yang ternyata hatiku tak mampu menahan ketika tiba-tiba kesedihanlah yang terasa.
Kau bilang mencintaiku, dan mengatakan bahwa setiap masalalumu tak ada yang pernah mampu merenggut cintamu.
Walau kini hampir sepenuhnya aku percaya akan tulusnya cintamu padaku, dunia di sekitarku selalu membisikkan keraguan dalam hati.
Walau bagaimanapun kau tak akan pernah bisa menghilangkan bukti noda merah di atas kain putih.
Aku sangat mencintaimu, dan bukannya aku menuntut keaslian rupamu.
Hanya saja aku sedang mengungkapkan perasaanku sejujur-jujurnya, aku, ingin memilikimu yang dulu dan sekarang.
Namun nyatanya, waktu mempertemukan aku denganmu di saat ini, di saat tak ada kepekaanmu pada apa yang kurasakan ketika aku tak puas dengan sedikitnya perhatian yang kau beri.
Mengertilah, bukan aku memintamu untuk mengganti rasa manisnya madu ketika warnanya telah berubah.
Aku hanya ingin tahu bagaimana caramu menunjukan rasa cintamu padaku.
Aku tak mengharapkan hadirnya ragamu tanpa adanya hati yang tertuju padaku.
Karena sesungguhnya, hanya kamulah yang melengkapi dan membuatku merasa sempurna dalam segala hal.
Dicintai olehmu membuatku merasa kaya dan sangat tampan.
Tapi dalam sekejap semua perasaan itu luntur ketika kecurigaanku mengatakan bahwa aku dibohongi.
Kau tidaklah mencintaiku meski sedang menerimaku masuk dalam kehidupanmu.
Namun akhirnya aku sadar bahwa aku benar-benar mencintaimu, cinta adalah di saat kau mampu menahan sakit, dan mampu menerima kenyataan yang tak sesuai selera orang pada umumnya.
Tetap bertahan meski mencintai secara sepihak, mengejar secara sepihak, rindu secara sepihak, dan sakit secara sepihak.
Tak salah bila banyak pujangga mengatakan bahwa cinta adalah sebuah kebodohan,
Yang mampu merobohkan pendirian orang meski terhebat di dunia sekalipun.
Cinta, derita tiada akhir …
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar semau kalian